Minggu, 13 Maret 2011

radiasi-nuklir--jepang--kompas

Gempa Bumi Jepang
160 Orang Terpapar Radiasi Nuklir
Editor: Heru Margianto
Minggu, 13 Maret 2011 | 14:24 WIB



AFP PHOTO / YOMIURI SHIMBUN Seorang tentara Jepang membopong seorang lelaki usia lanjut di punggungnya di Kota Natori, Prefektur Miyagi, Sabtu (12/3/2011). Kota itu porak-poranda akibat terjangan tsunami setelah gempat berkekuatan 8,9 SR mengguncang daerah itu, Jumat (11/3/2011). Pemerintah Jepang mengerahkan 100 ribu personel tentara untuk membantu daerah yang terkena gempa.

SENDAI, KOMPAS.com - Pasca gempa-besar berkekuatan 8,9 SR dan terjangan tsunami dahsyat yang memporakporandakan sejumlah wilayah di pantai timur, Jepang kini menghadapi ancaman baru yaitu kemungkinan bocornya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima-Daiichi yang dioperasikan Tokyo Electric Power Co (Tepco).

Badan keselamatan nuklir, otoritas yang menangani masalah nuklir di Jepang, mengatakan, setidaknya 160 orang diduga terpapar radiasi nuklir. Sementara itu Kantor Berita Jiji, tanpa mengutip sumber, mengatakan, 19 orang telah terpapar radiasi nuklir.

Pihak pemerintah Jepang sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait korban yang terpapar radiasi nuklir. Juru Bicara pemerintah Jepang Edano mengatakan, radiasi yang disebabkan ledakan memang melampaui batas normal. Namun, hal tersebut tak memiliki ancaman langsung terhadap kesehatan manusia.

Warga pun mulai memeriksakan diri apakah mereka terpapar oleh radiasi nuklir. "Awalnya saya khawatir dengan gempa bumi. Namun kini saya khawatir dengan radiasi. Saya tinggal di sekitar PLTN. Saya ke sini untuk memeriksakan diri, apakah saya baik-baik saja", kata Kenji Koshiba, pekerja konstruksi di pusat gawat darurat di Koriyama.

Hingga saat ini, pemerintah Jepang, sebagaimana dilansir Kantor Berita Reuters, telah mengevakuasi 110.000 orang yang tinggal di wilayah dengan radius 20 kilometer dari lokasi PLTN.

Edano mengatakan, pemerintah telah berupaya untuk mengurangi resiko radiasi nuklir. Pemerintah, tambahnya, fokus mengeluarkan udara dari reaktor nuklir yang rusak akibat gempa berkekuatan 8,9 skala Ritcher yang disertai tsunami tersebut.

Selain itu, saat ini jutaan penduduk Jepang tak memiliki akses terhadap air bersih dan listrik. Sejak Jum'at, mereka hanya bertahan hidup dengan mie-instan. Hal ini juga dialami sejumlah tempat penampungan dan rumah sakit. "Saat ini tetap belum ada air atau listrik. Padahal, kami memiliki pasien yang perlu dirawat", kata pejabat RS Sengen General Hospital Ikuro Matsumoto.
____________________
(sumber; KOMPAS.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar