Kamis, 23 April 2009

Stephen-Hawking--jagad-SAINS

Penemu Teori 'Big-Bang' Sakit
Selasa, 21 April 2009 09:54 WIB
Penemu Teori Big Bang Sakit

AFP

LONDON--MI: Ilmuwan terkemuka di bidang fisika, Prof Stephen Hawking--67, yang dikenal dengan teori 'Big-Bang' ('Ledakan-Besar') yang mendahului kejadian alam raya, diberitakan dalam keadaan sakit keras di rumah sakit, namun saat ini sedikit membaik.

Stephen Hawking yang dibawa ke rumah sakit Addenbrooke's Hospital--Cambridge itu menderita motor-neurone dan dalam kondisi tak sehat selama dua pekan terakhir, demikian stasiun televisi BBC--London melaporkan Senin (20/4) malam.

Prof Hawking, penulis buku 'A Brief History of Time', bekerja di Cambridge University lebih dari 30 tahun akan tampil sebagai dosen-tamu di Amerika-Serikat, namun dia terpaksa membatalkan acaranya di Arizona State University itu.

Profesor Peter Haynes--ketua jurusan MTFT Universitas Cambridge, mengatakan Profesor Hawking merupakan kolega yang luar biasa. "Kami berharap dia akan segera kembali bersama kami lagi", katanya.

Profesor Hawking yang terkenal dengan teori Big-Bang itu menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Addenbrooke--Cambridge.

Prof Hawking yang kini berbicara dengan alat bantu sintesis suara dan memiliki tiga anak dan satu cucu itu mengumumkan akan mundur sebagai guru besar matematika pada akhir tahun akademik 2009, karena kebijakan bahwa usia 67 berhak untuk pensiun.

Ahli fisika terkemuka yang mengunakan kursi roda itu pada akhir Februari lalu terbang ke AS menjadi dosen tamu di California's Institute of Technology. (Ant/OL-02)

sent from my BlackBerry® smartphone from sinyal bagus XL, nyambung teruuusss...!

__________________________________________________

(sumber; Media-Indonesia)

Senin, 20 April 2009

teleskop--pemburu-planet--jagad-sains

Teleskop Pemburu Planet Rekam 4,5 Juta Bintang
Salah satu foto pertama yang dikirim Teleskop Ruang Angkasa Kepler ke Bumi.


Minggu, 19 April 2009 | 19:59 WIB

PASADENA, KOMPAS.com - Misi pencarian planet-planet padat yang menyerupai bumi ke seluruh penjuru langit segera dimulai. Teleskop Kepler milik badan antariksa AS (NASA) telah diaktifkan dan mengirimkan foto-foto langit pertamanya.

Foto tersebut menggambarkan luas cakupan yang akan disorot teleskop tersebut untuk mencari planet-planet lain di luar tata-surya. Kepler diarahkan ke kawasan Cygnus-Lyra di salah satu sudut galaksi Bima-Sakti yang paling padat bintang-bintang.

Salah satu foto yang menggambarkan kawasan yang mengandung 4,5 juta bintang. Lebih dari 100.000 di antaranya diperkirakan dikelilingi planet.

"Kami berharap dapat menemukan ratusan planet yang mengelilingi bintang-bintang tersebut dan untuk pertama kalinya, kita bisa melihat planet-planet seukuran bumi yang mengelilingi-bintang serupa matahari", kata William-Borucki -- ilmuwan dari Pusat Riset Ames milik NASA di Moffett-Field--California.

Selama 3,5 tahun ke depan Kepler hanya bertugas menyeleksi sasaran yang potensial. Teleskop tersebut akan mengamati langit terus-menerus dan melihat kemungkinan terjadinya kedipan di setiap bintang yang biasa terjadi karena planet melintas di depannya. Kamera 95 megapiksel yang dibawanya dapat mendeteksi perubahan cahaya bintang sangat kecil dari 20 bagian permil.

"Semua hal tentang Kepler sudah dioptimalisasikan untuk menemukan planet seukuran bumi", ujar James-Franson -- manajer proyek Kepler di Laboratorium~Propulsi-Jet -- Pasadena-California. Ia mengatakan pemotretan akan dilakukan secara bertahap sampai bisa ditentukan bahwa di suatu bintang terdapat planet yang mirip Bumi.


WAH
Sumber: NASA via KOMPAS

Sabtu, 18 April 2009

The Biography of Albert-Einstein

The Biography of Albert-Einstein

(The Nobel Prize in Physics 1921)

Albert Einstein was born at Ulm, in Württemberg, Germany, on March 14, 1879. Six weeks later the family moved to Munich, where he later on began his schooling at the Luitpold Gymnasium. Later, they moved to Italy and Albert continued his education at Aarau, Switzerland and in 1896 he entered the Swiss Federal Polytechnic School in Zurich to be trained as a teacher in physics and mathematics. In 1901, the year he gained his diploma, he acquired Swiss citizenship and, as he was unable to find a teaching post, he accepted a position as technical assistant in the Swiss Patent Office. In 1905 he obtained his doctor's degree.

During his stay at the Patent Office, and in his spare time, he produced much of his remarkable work and in 1908 he was appointed Privatdozent in Berne. In 1909 he became Professor Extraordinary at Zurich, in 1911 Professor of Theoretical Physics at Prague, returning to Zurich in the following year to fill a similar post. In 1914 he was appointed Director of the Kaiser Wilhelm Physical Institute and Professor in the University of Berlin. He became a German citizen in 1914 and remained in Berlin until 1933 when he renounced his citizenship for political reasons and emigrated to America to take the position of Professor of Theoretical Physics at Princeton*. He became a United States citizen in 1940 and retired from his post in 1945.

After World War II, Einstein was a leading figure in the World Government Movement, he was offered the Presidency of the State of Israel, which he declined, and he collaborated with Dr. Chaim Weizmann in establishing the Hebrew University of Jerusalem.

Einstein always appeared to have a clear view of the problems of physics and the determination to solve them. He had a strategy of his own and was able to visualize the main stages on the way to his goal. He regarded his major achievements as mere stepping-stones for the next advance.

At the start of his scientific work, Einstein realized the inadequacies of Newtonian mechanics and his special theory of relativity stemmed from an attempt to reconcile the laws of mechanics with the laws of the electromagnetic field. He dealt with classical problems of statistical mechanics and problems in which they were merged with quantum theory: this led to an explanation of the Brownian movement of molecules. He investigated the thermal properties of light with a low radiation density and his observations laid the foundation of the photon theory of light.

In his early days in Berlin, Einstein postulated that the correct interpretation of the special theory of relativity must also furnish a theory of gravitation and in 1916 he published his paper on the general theory of relativity. During this time he also contributed to the problems of the theory of radiation and statistical mechanics.

In the 1920's, Einstein embarked on the construction of unified field theories, although he continued to work on the probabilistic interpretation of quantum theory, and he persevered with this work in America. He contributed to statistical mechanics by his development of the quantum theory of a monatomic gas and he has also accomplished valuable work in connection with atomic transition probabilities and relativistic cosmology.

After his retirement he continued to work towards the unification of the basic concepts of physics, taking the opposite approach, geometrisation, to the majority of physicists.

Einstein's researches are, of course, well chronicled and his more important works include Special Theory of Relativity (1905), Relativity (English translations, 1920 and 1950), General Theory of Relativity (1916), Investigations on Theory of Brownian Movement (1926), and The Evolution of Physics (1938). Among his non-scientific works, About Zionism (1930), Why War? (1933), My Philosophy (1934), and Out of My Later Years (1950) are perhaps the most important.

Albert Einstein received honorary doctorate degrees in science, medicine and philosophy from many European and American universities. During the 1920's he lectured in Europe, America and the Far East and he was awarded Fellowships or Memberships of all the leading scientific academies throughout the world. He gained numerous awards in recognition of his work, including the Copley Medal of the Royal Society of London in 1925, and the Franklin Medal of the Franklin Institute in 1935.

Einstein's gifts inevitably resulted in his dwelling much in intellectual solitude and, for relaxation, music played an important part in his life. He married Mileva Maric in 1903 and they had a daughter and two sons; their marriage was dissolved in 1919 and in the same year he married his cousin, Elsa Löwenthal, who died in 1936. He died on April 18, 1955 at Princeton, New Jersey.

From Nobel Lectures, Physics 1901-1921, Elsevier Publishing Company, Amsterdam, 1967

This autobiography/biography was written at the time of the award and first published in the book series Les Prix Nobel. It was later edited and republished in Nobel Lectures. To cite this document, always state the source as shown above.


* Albert Einstein was formally associated with the Institute for Advanced Study located in Princeton, New Jersey.

Copyright © The Nobel Foundation 1922
___________________________________________________
(sumber; Nobelprize.org)

Astronomy--Asteroid--Jagad-SAINS

Pecahan Asteroid yang Jatuh di Sudan Berhasil Dikumpulkan
Jumat, 27 Maret 2009 | 17:24 WIB

KHARTOUM, KOMPAS.com — Untuk pertama kalinya, para ilmuwan berhasil mengumpulkan pecahan asteroid yang sudah teramati dengan saksama sejak mengarah hingga jatuh ke Bumi. Asteroid yang diberi nama 2008 TC3 tersebut jatuh ke kawasan Gurun Nubian, Sudan, Oktober tahun lalu.

Penemuan pecahan asteroid bukan pertama kali terjadi. Namun, yang unik dari penemuan ini karena asteroid tersebut sudah terlacak dengan baik saat mengarah hingga jatuh. Proses penemuan seperti ini belum pernah dilaporkan sebelumnya.

Asteroid sebesar mobil itu terlacak pertama kali oleh astronom Arizona, AS hanya beberapa hari sebelum jatuh ke Bumi. Jalur perjalanannya langsung dimonitor sejumlah teleskop dari seluruh dunia sehingga dapat diperkirakan lokasi jatuhnya.

Peter Jenniskens dari SETI Institut, California, yang menjadi penulis laporan pertama keberadaan asteroid tersebut kemudian melakukan perjalanan ke Sudan untuk melacaknya. Penelusuran yang menyeluruh akhirnya berhasil menemukan 47 pecahan untuk dianalisis.

"Asteroid ini terbuat dari material yang mudah pecah sehingga ia pecah pada ketinggian 37 kilometer sebelum berangsur-angsur jatuh perlahan", ujar Jenniskens. Menurutnya, jenis asteroid ini sangat langka dan jarang ditemukan.

Material penyusunnya disebut ureilite. Hasil perbandingan data menunjukkan asteroid 2008 TC3 tersebut termasuk muda dan baru mengarungi beberapa juta tahun di sekitar pusat tata surya.

Analisis terhadap pecahan-pecahan asteroid tersebut akan memberikan banyak informasi untuk mengungkap proses pembentukan di ruang angkasa. Selain itu, para ilmuwan juga berharap dapat mempelajari lebih lanjut hubungannya dengan rute perjalanan asteroid agar dapat menyiapkan cara mengatasi asteroid lebih besar yang mungkin mengancam Bumi.


WAH
Sumber: BBC via KOMPAS

Lunar-Oasis--Jagad-SAINS

Lunar Oasis untuk Bertani di Luar Angkasa
Lunar Oasis didesain untuk menanam tanaman di luar angkasa.
Rabu, 15 April 2009 | 23:03 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Meski tak ada oksigen di Bulan, tumbuh-tumbuhan sudah bisa ditanam di sana. Paragon Space Development Corporation telah mengembangkan rumah kaca portabel yang dapat dipakai untuk membudidayakan tanaman di ruang angkasa.

Bentuk rumah kaca yang lebih mirip lampu taman itu hanya setinggi 46 centimeter. Tabung kaca bening diperkuat dengan alas berbentuk segitiga dari bahan aluminium. Di dalamnya terdapat media tanam dan nutrisi yang cukup untuk menumbuhkan biji tanaman jenis Brassica, sejenis caisim atau kailan yang berbunga kuning.

Miniatur rumah kaca yang didisain untuk mendukung pertanian di luar angkasa itu disebut Lunar-Oasis. Uji coba pertamanya ke permukaan Bulan direncanakan tahun 2012 menggunakan pesawat buatan Odyssey Moon Ltd. yang kini masih dikembangkan.

"Mendiami Bulan atau Mars kelihatannya masih lama, namun penting untuk melakukan penelitian sejak sekarang", ujar Jane-Poynter, presiden Paragon. Apalagi, untuk menciptakan sistem pendukung kehidupan yang efisien dan layak juga membutuhkan penelitian lama.

NASA berambisi mengirimkan kembali manusia ke Bulan pada tahun 2020 dan ke Mars tahun 2030. Jika tanaman bisa dibudidayakan di sana, astronot tak perlu setiap hari makan pasta dan pil. Makan sayur segar pun bisa setiap saat.

WAH Sumber: AFP via KOMPAS