Senin, 16 Januari 2012

atlantis




Teori Santos sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang luar ke Indonesia
(Mohamad Asrori Mulky, Indo Pos, 2010)

Cerita mengenai keberadaan Benua Atlantis hingga kini terus menjadi misteri sejak dideskripsikan filsuf Yunani, Plato, pada ribuan tahun lalu dalam du...


Teori Santos sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang luar ke Indonesia
(Mohamad Asrori Mulky, Indo Pos, 2010)

Cerita mengenai keberadaan Benua Atlantis hingga kini terus menjadi misteri sejak dideskripsikan filsuf Yunani, Plato, pada ribuan tahun lalu dalam dua dialognya, "Timaeus" dan "Critias". Tak hanya Plato, penulis kuno klasik lainnya seperti Homer, Hesiod, Pindar, Orpheus, Appolonius, Theopompos, Ovid, Pliny si tua, Diodorus Siculus, Strabo, dan Aelian juga ikut meramaikan soal keberadaan Atlantis.

Kenyataan ini pada akhirnya memunculkan perdebatan tak kunjung usai di kalangan saintis klasik dan modern. Bahkan, masing-masing meletakkan Atlantis di tempat yang mereka yakini sesuai dengan hasil temuannya seperti Al-Andalus, Kreta, Santorini, Siprus, TimurTengah, Malta, Sardinia, Troya, Antartika, Australia, Kepulauan Azores, Tepi Karibia, Bolivia, Laut Hitam, Jnggris, Irlandia, Kepulauan Canary, Tan-jung Verde, Isla de la Juventud dekat Kuba, dan Meksiko.

Pandangan yang paling mutakhir mengenai Atlantis dan sangat mengejutkan kita datang dari seorang geolog dan fisikawan nuklir asal Brazil Prof Arysio Santos. Dia membantah tesis di atas dan meyakini bahwa Atlantis yang pernah digambarkan Plato sebagai sebuah negara makmur dengan kekayaan emas, batuan mulia, dan mother of all civilization dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, mpmiliki iarinean irieasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik. dan olahraga itu adalah Indonesia.

Kesimpulan Santos yang merujuk pada pandangan Plato bukan tanpa pertimbangan kuat. Selama 30 tahun ia melakukan studi dan penelitian. Selama itu pula hidupnya dipergunakan untuk mengungkap letak Atlantis yang sebenarnya. Hasil penelitiannya itu kemudian ia tulis dalam buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato's Lost Civilization. Untuk memperkuat argumentasinya, Santos juga merujuk pada tradisi-tradisi suci tentang mitos banjir besar yang melanda seluruh dunia.

Dalam buku ini, secara tegas Sa¬ntos menyatakan bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia. Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2.500 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis. Mereka memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi. Itu terjadi sebagai hukuman dari Tuhan atas keseraka-han dan keangkuhannya.

Dengan menggunakan perangkat ilmu pengetahuan mutakhir seperti geologi, astronomi, paleontologi, arkeologi, linguistik, etnologi, dan comparative mythology, Santos juga mengungkap sebab-sebab hilangny  Atlantis dari muka bumi. Dia pun membantah hipotesis yang menyatakan bahwa musnahnya Atlantis disebabkan tabrakan meteor raksasa yang disebabkan oleh komet dan asteroid. Menurut Santos, tabrakan di luar angkasa itu adalah order of magnitude yang lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Hipotesis lain yang dibantah Santos adalah tesis yang mengatakan Atlantis musnah disebabkan pergeseran kutub dan memanasnya Antartika pada zaman es. Menurut Santos, fenomena seperti itu mustahil terjadi pada masa lalu jika dilihat dari sisi fisik dan geologisnya.

Musnahnya Atlantis, menurut Santos, lebih disebabkan banjir maha dahsyat yang menenggelamkan hampir seluruh permukaan dunia, yang membinasakan 70 persen penduduk dunia termasuk di dalamnya binatang. Yang memegang peran penting dalam bencana tersebut adalah letusan Gunung Krakatau dan Gunung Toba, selain puluhan gunung berapi lainnya yang terjadi hampir dalam waktu yang bersamaan.

Bencana alam beruntun itu, kata Santos, dimulai dengan ledakan dahsyat Gunung Krakatau, yang me-musnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaIdera besar, yaitu Selat Sunda, hingga memisahkan Pulau Sumatera dan Jawa. Letusan tersebut menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran rendah antara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, antara Jawa dan Kalimantan, serta antara Sumatera dan Kalimantan. Bencana besar itu disebut Santos sebagai "Heinrich Events".

Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa fly-ash naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (zaman es pleistosen). Abu itu kemudian turun dan menutupi lapisan.es. Karena adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yarg diserap oleh lapisan abu tersebut. Gletser di Kutub Utara dan Eropa kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia.

Banjir akibat tsunami dan lelehan es itulah yang mengakibatkan air laut naik sekitar 130 hingga 150 meter di atas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam di bawah permukaan laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi. Tekanan air yang besar itu menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi dan gempa bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhimya zaman es pleistosen secara dramatis.


Terlepas dari benar atau tidaknya teori tersebut, atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia, teori Santos sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang luar ke Indonesia. Kalau ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia sekarang sama sekali "tidak meyakinkan" untuk dapat dikatakan. sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa maju yang diturunkannya, ini  adalah  suatu proses dari hukum alam tentang masa keemasan dan kemunduran suatu bangsa. (*)


Mohamad Asrori Mulky
peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta

Inilah penemuan yang yang sungguh mencengangkan hasil penelitian Prof Arysio Santos. Penemuan itu
dihasilkan melalui penelitiannya selama 30 tahun lebih hingga menghasilkan kesimpulan bahwa wilayah indonesialah yang disebut sebagai Benua Atlantis yang hilang yang pernah ditulis oleh Plato itu. »
(H Kurniawan,...

Jejak Peradaban Yang Hilang
http://ufukpress.com/images/resensi/Koran%20Jakarta,%20Januari%202010.jpg

Inilah penemuan yang yang sungguh mencengangkan hasil penelitian Prof Arysio Santos. Penemuan itu
dihasilkan melalui penelitiannya selama 30 tahun lebih hingga menghasilkan kesimpulan bahwa wilayah indonesialah yang disebut sebagai Benua Atlantis yang hilang yang pernah ditulis oleh Plato itu. »
(H Kurniawan, Koran Jakarta, Januari 2010)

Bentuk sistem negara republik yang kini banyak dipakai oleh negara-negara bangsa terhyata hasil adopsi dari pemikiran Plato yang dilhami oleh peradaban puncak masa lampau sebelum terbentuk Negara Indonesia. Hanya saja, Plato menyebut wilayah yang kini menjadi Negara Indonesia itu dengan Benua Atlantis. Benua Atlantis adalah suatu wilayah yang dihuni oleh sekelompok manusia yang memiliki ras super. Mereka manusia keturunan alien yang memiliki tingkat peradaban teknologi yang sangat tinggi. Semua itu digam-barkan olehnya dengan jelas dalam sebuah buku yang ditulisnya dengan format dialog, yaitu trilogi "Timaeus" dan "Critias" pada tahun 370 SM. Hanya saja, jejak peradaban itu harus runtuh akibat bencana mahadahsyat berupa letusan gunung beserta banjir bandang yang pernah menimpanya di masa Pleistocene 11.600 tahun silam.

Inilah penemuan yang yang sungguh mencengangkan hasil penelitian Prof Arysio Santos. Penemuan itu dihasilkan melalui penelitiannya selama 30 tahun lebih hingga menghasilkan kesimpulan bahwa wilayah Indonesialah yang disebut sebagai Benua Atlantis yang hilang yang pernah ditulis oleh Plato itu.Dalam bukunya Atlantis The Lost Continent Finally Found itu digambarkan, lokasi Atlantis terletak di wilayah the most volcanic region in the world alias daerah paling banyak gunung berapinya. Atlantis berada di kawasan tropis pada zaman es Pleistosen. Di wilayah itu didapati berlimpah sumber daya alam, seperti timah, tembaga, seng, perak, emas, berbagai macam buah-buahan, padi, rernpah-rempah, gajah raksasa, hutan dengan berbagai jenis pohon, sungai, danau, dan saluran irigasi. Tanah Atlantis adalah tanah yang terbaik di dunia
Di wilayah atlantis, curah hujan sangat mendukung, sehingga banya terdapat kayu-kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bangunan dan berbagai macam kebutuhan lainya. Karena itu di sana terdapat banyak para tukang kayu. Begitu melimpahnya kekayaan alan sana sampai-sampai dalam bab 1 Prof Santos menulis Indonesia t the True Site of Eden (Indonesia seb£ situs surga Eden). Di sanalah pernah disebut Plato dalam bukunya bahwa masyarakati terdiri dari tingkatan kelas. Ada yan berstatus sebagai prajurit, masyaral petani, dan golongan para pemimpin Meskipun para prajurit diberi bagian kekayaan melimpah berupa tanah yang sangat luas untuk dibudidayai tetapi mereka tetap tidak menganggap pemberian itu sebagai kepemilikan pribadi. Mereka mengganggap kepimilikanya adalah milik bersama.

Buku ini kini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari banyak pihak. Bahkan, saat ini tercatat sebagai buku terlaris di Indonesia. Sayangnya, negara masih saja terbelakang dalam infornasi dunia perbukuan di tingkat internasional. Karena buku yang baru saja terbit dalam versi terjemahan bahasa Indoesia ini telah terbit sejak 2005 dalam wajah aslinya. Melihat fenomena ini, layakllah  bila wilayah Indonesialah yang disebut sebagai wilayah bekas peradaban puncak dunia tersebut. •



Penulis adalah H Kurniaw
pemerhati buku pada LKPB (Leml
Kaftan Peradaban Bang
Yogyaka*


Dalam banyak hal, buku ini berhasil mengkonfirmasi kebenaran kitab suci dan mitologi, mengawinkan sains dan agama
(Hendri F Isnaeni, Majalah Figur, Januari 2010)
 

Atlantis yang dalam bahasa Yunani adalah Pulau Atlas merupakan pulau legendaris yang pertama kali di...

Dalam banyak hal, buku ini berhasil mengkonfirmasi kebenaran kitab suci dan mitologi, mengawinkan sains dan agama
(Hendri F Isnaeni, Majalah Figur, Januari 2010)
 

Atlantis yang dalam bahasa Yunani adalah Pulau Atlas merupakan pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias. Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar di seberang pilar-pilar Herkules, dan memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".

Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.

Masyarakat sering membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak mempercayainya dan terkadang menjadikannya bahan lelucon. Pada abad pertengahan, kisah Atlantis kurang diketahui dan diminati. Namun, pada era modern, cerita mengenai Atlantis mengemuka kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan karya-karya penulis zaman Renaisans, seperti New Atlantis (1627) karya Francis Bacon. Atlantis juga mempengaruhi literatur modern, dari fiksi ilmiah, buku komik, hingga film. Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban prasejarah yang maju (dan hilang).

Pertanyaannya dimanakah Atlantis tenggelam? Sejak Ignatius L. Donnelly, mempublikasikan karyanya Atlantis: the Antediluvian World (1882), usulan lokasi Atlantis bermunculan. Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya. Dari sekian banyak daerah yang diusulkan sebagai lokasi Atlantis, salah satunya Indonesia. Antarktika, Indonesia, di bawah segitiga Bermuda disebut Bill Hanson dalam The Atlantis Triangle (2003).


Ilmuwan yang yakin bahwa Atlantis berada di Indonesia adalah Prof. Arysio Santos. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, Geolog dan Fisikawan Nuklir Brasil ini menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato's Lost Civilization (2005) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Ufuk Publishing House. Santos     memastikan     kepada dunia bahwa situs Atlantis adalah Indonesia.   Ciri-ciri  Atlantis yang dicatat Plato dalam dua dialognya berjudul Timaeus dan Critias, secara mengejutkan,  sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia.


Menurut Santos, Atlantis adalah negeri tropis berlimpah mineral dan kekayaan hayati. Namun kemudian, segala kemewahan itu lenyap, tersapu bencana mahabesar yang memisahkan Jawa dari Sumatra, menenggelamkan lebih dari separuh wilayah Nusantara. Gunung Berapi Krakatau menjadi sumber bencana global tersebut (diperkirakan terjadi 11.600 tahun yang lalu). la meletus, menimbulkan rentetan gempa dan tsunami mahadahsyat, seratus kali lebih besar dari bencana Aceh 2004, yang pada puncaknya mengakhiri Zaman Es. Beberapa kitab suci menyebut bencana itu sebagai "Banjir Semesta". Santos juga mengungkapkan fakta bahwa Atlantis adalah tempat ilmu dan penemuan besar manusia muncul kali pertama (budaya bercocok tanam, bahasa, metalurgi, astronomi, seni, dll.); dan peradaban-peradaban sesudahnya (Yunani, Mesir, Maya, Aztec, Inca, dll.) sesungguhnya dibangun oleh bangsa Indonesia, yang mengungsi dari bencana, dan mewariskan pengetahuannya ke negeri baru mereka; sehingga ada banyak persamaan budaya dan arsitektur di setiap peradaban (teori difusi budaya).

Dalam banyak hal, buku ini berhasil mengkonfirmasi kebenaran kitab suci dan mitologi, mengawinkan sains dan agama. (Hena)




Promo

Kunjungan Tertinggi






http://www.ufukpress.com/themes/up/blog.gif

Terlaris







  Copyright © 2006 Ufuk Press Jakarta. Allrights reserved.

Ufuk Press, 18-Januari-2010

Atlantis Itu Indonesia
http://ufukpress.com/images/resensi/Figure-Januari%202010.jpg

Dalam banyak hal, buku ini berhasil mengkonfirmasi kebenaran kitab suci dan mitologi, mengawinkan sains dan agama
(Hendri F Isnaeni, Majalah Figur, Januari 2010)
 

Atlantis yang dalam bahasa Yunani adalah Pulau Atlas merupakan pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias. Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar di seberang pilar-pilar Herkules, dan memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".

Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.

Masyarakat sering membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak mempercayainya dan terkadang menjadikannya bahan lelucon. Pada abad pertengahan, kisah Atlantis kurang diketahui dan diminati. Namun, pada era modern, cerita mengenai Atlantis mengemuka kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan karya-karya penulis zaman Renaisans, seperti New Atlantis (1627) karya Francis Bacon. Atlantis juga mempengaruhi literatur modern, dari fiksi ilmiah, buku komik, hingga film. Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban prasejarah yang maju (dan hilang).

Pertanyaannya dimanakah Atlantis tenggelam? Sejak Ignatius L. Donnelly, mempublikasikan karyanya Atlantis: the Antediluvian World (1882), usulan lokasi Atlantis bermunculan. Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya. Dari sekian banyak daerah yang diusulkan sebagai lokasi Atlantis, salah satunya Indonesia. Antarktika, Indonesia, di bawah segitiga Bermuda disebut Bill Hanson dalam The Atlantis Triangle (2003).


Ilmuwan yang yakin bahwa Atlantis berada di Indonesia adalah Prof. Arysio Santos. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, Geolog dan Fisikawan Nuklir Brasil ini menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato's Lost Civilization (2005) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Ufuk Publishing House. Santos     memastikan     kepada dunia bahwa situs Atlantis adalah Indonesia.   Ciri-ciri  Atlantis yang dicatat Plato dalam dua dialognya berjudul Timaeus dan Critias, secara mengejutkan,  sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia.


Menurut Santos, Atlantis adalah negeri tropis berlimpah mineral dan kekayaan hayati. Namun kemudian, segala kemewahan itu lenyap, tersapu bencana mahabesar yang memisahkan Jawa dari Sumatra, menenggelamkan lebih dari separuh wilayah Nusantara. Gunung Berapi Krakatau menjadi sumber bencana global tersebut (diperkirakan terjadi 11.600 tahun yang lalu). la meletus, menimbulkan rentetan gempa dan tsunami mahadahsyat, seratus kali lebih besar dari bencana Aceh 2004, yang pada puncaknya mengakhiri Zaman Es. Beberapa kitab suci menyebut bencana itu sebagai "Banjir Semesta". Santos juga mengungkapkan fakta bahwa Atlantis adalah tempat ilmu dan penemuan besar manusia muncul kali pertama (budaya bercocok tanam, bahasa, metalurgi, astronomi, seni, dll.); dan peradaban-peradaban sesudahnya (Yunani, Mesir, Maya, Aztec, Inca, dll.) sesungguhnya dibangun oleh bangsa Indonesia, yang mengungsi dari bencana, dan mewariskan pengetahuannya ke negeri baru mereka; sehingga ada banyak persamaan budaya dan arsitektur di setiap peradaban (teori difusi budaya).

Dalam banyak hal, buku ini berhasil mengkonfirmasi kebenaran kitab suci dan mitologi, mengawinkan sains dan agama. (Hena)




Promo

Kunjungan Tertinggi






http://www.ufukpress.com/themes/up/blog.gif

Terlaris







  Copyright © 2006 Ufuk Press Jakarta. Allrights reserved.

Jagad-Kahiyangan ©2012

Sejarah dalam bentuk filsafati adalah sebagai proses lahir ,tumbuh, dan matinya peradaban (Spangler danToynbee). Sebagai filsuf, Plato menulis Timaeusdan Critics untuk menggambarkan lahir, tumbuh, dan matinya peradaban Atlantis, sebuah kekaisaran dunia yang menjadi induk peradaban dunia.


Menurut Plato...

Ufuk Press, 14-Januari-2010

Indonesia Tempat Lahir Peradaban Dunia
http://ufukpress.com/images/resensi/Sindo-Januari%202010.jpg

Sejarah dalam bentuk filsafati adalah sebagai proses lahir ,tumbuh, dan matinya peradaban (Spangler danToynbee). Sebagai filsuf, Plato menulis Timaeusdan Critics untuk menggambarkan lahir, tumbuh, dan matinya peradaban Atlantis, sebuah kekaisaran dunia yang menjadi induk peradaban dunia.


Menurut Plato, kekaisaran agung milik bangsa Atlantis tiba-tiba berakhir tatkala mereka tengah menghadapi perang besar melawan bangsa Athena, yang ternyata bersekutu dengan orang-orang Yunani lainnya, orang-orang Mesir, dan beberapa bangsa kuno lainnya. Saat pertempuran-pertempuran ini berlangsung, tanah runtuh-kemungkinan disebabkan peristiwa vulkanis maha dahsyat dan menganga, menelan tentara dan massa kedua belah pihak. Sang filsuf agung mengatakan, semua peristiwa ini ter jadi "dalam petaka satu hari satu malam." Akibatnya, seluruh benua tenggelam dan lenyap untuk selamanya di bawah permukaan laut. Sejak itulah- sekitar 11.600 tahun lalu-Atlantis terbaring di dasar samudra. Atlantis menjadi "Benua yang Hilang." Lenyap tanpa bekas.


Apakah Atlantis sekadar mitos atau sebuah dongeng moral? Selama dua puluh lima abad sejak masa Plato, ribuan buku tentang Atlantis telah ditulis. Sayangnya perkara Atlantis masih jauh dari terselesaikan. Misteri tentang letak tenggelamnya Atlantis pun belum pernah terjawab, dengan memuaskan meskipun ratusan tempat di berbagai belahan dunia diklaim sebagai lokasi.diantaranya seluruh wilayah Mediterania, Laut Utara, Pesisir Laut Atlantik di Eropa dan Afrika, kawasan di tengah Samudra Atlan¬tik, Amerika, dan sebagainya.


Bahkan, para pakar pengkaji Atlantis belum bersepakat apakah Atlantis pernah ada atau tak lebih dari
khayalan Plato belaka tentang dongeng moral yang dibuat Plato sebagai latar belakang etis bagi republik khayalan yang ideal, ia ke-mukakan dalam karya-karya lainnya, khususnya yang berjudul  Republik.Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, Prof Arysio Santos, atlantolog, geolog, dan fisikawa nuklir Brasil, memastikan kepada dunia bahwa situs Atlantis adalah Indone¬sia. Ciri-ciri Atlantis yang dicatat Pla¬to secara mengejutkan sangat cocok dengan kondisi geograf is Indonesia.


Plato menulis, Atlantis tidak mengarah kepada apa pun selain deskripsi tentang sebuah daratan yang sebenarnya pernah ada pada Zaman Es, masa ketika temperatur global mencapai 15 derajat lebih dingin daripada sekarang. Berlawanan dengan lingkungan sekitar, Atlantis yang digambarkan Plato adalah surga beriklim tropis yang penuh dengan segala jenis keindahan dan kekayaan: daratan-daratan yang luas dan ladang-ladang yang indah, lembah dan gunung-gunung; batu-batu permata dan logam dari berbagai jenis berharga dan banya kayu-kayu wangi,  wewangian dan bahan celup yang sangat tinggi nilainya; sungai-sungai, danau-danau dan irigasi yang melimpah pertanian yang paling produktif, istana-istana bertabur emas, tembok perak dan benteng; gajah dan segala jenis  binatang buas, dan sebagainya.


Dengan meneliti tradisi-tradisi suci dari banyak bangsa, Yunani, Romawi, Mesir; Mesopotamia,Tunisia, India, Amerika, Hindu,  Budha,Yahudi-Kristen, dan sebagainya, Santos menjelaskan manka di balik "dalam petaka satu hari satu malam". Santos menyimpulkan  penyebab tenggelamnya Atlantis adalah akibat banjir semesta yang tingginya mencapai satu mil. Secara geologis, Santos menjelaskan, Indonesia terletak di persimpangan tiga lempeng benua--ketiganya bertemu di sini-- menciptakan tekanan pada lapisan kulit bumi. Akibatnya, lapisan kulit bumi di wilayah ini terdesak ke atas membentuk paparan-paparan yang luas (Paparan Sunda dan sebagainya) dan beberapa barisan pegunungan yang sangat tinggi. Paparan-paparan ini agak dangkal dan pada zaman es, ketika permukaan laut turun ratusan meter, merekapun terlihat


Hal ini terjadi Zaman Es,masa ketika Atlantis berkembang pesat. Seluruh wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi hebat dan letusan gunung berapi dahsyat yang kerap mengakibatkan kerusakan sangat parah. Karena itu, terlihat beberapa catatan geologis. Gempa bumi dan tsunami mengerikan yang dialami Aceh lima tahun lalu, hanyalah episode terakhir dari seluruh rangkaian peristiwa panjang dalam masa sejarah dan prasejarah, seperti yang tampak dalam catatan geologis wilayah tersebut

Kehadiran buku ini menuai pro dan kontra. Ketika didiskusikan di Pusat Geologi Bandung, pada November 2009, dengan menghadirkan Awang H Satyana, ahli Geo¬logi BP Migas, terjadi perdebatan panas. Menurut Awang, buku terse¬but memiliki beberapa kelemahan, di antaranya adalah Santos mengemukakan bahwa lokasi Atlantis terletak di paparan Sunda. Lokasi terse¬but mengalami gempa tektonik yang menyebabkan wilayah terkena dampak dari letusan Gunung Krakatau yang menyebabkan tsunami sangat besar. Tsunami tersebut menurut hipotesa Santos telah menenggelamkan daratan di Paparan Sunda. Me¬nurut Awang hipotesa tersebut tidak memiliki bukti geologis dan tidak memiliki dasar. Begitu pula ketika dibedah disalah satu stasiun televisi, pembicaranya seorang ahli gempa Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof MT Zein, kontra dengan pendapat Santos. Meski demikian, ia menyambut baik dan mengimbau agar buku ini memancing ilmuwan Indo¬nesia untuk melakukan penelitian tentang Atlantis. Karena hingga kini, ilmuwan Indonesia belum ada yang melakukan penelitian mengenai Atlantis. Adakah yang berminat menjadi atlantolog?(*)




Hendri F Isnaeni, Peneliti Sejarah
PSIK Universitas Paramadina
Peraih Paramadina-The Jakarta
Post Fellowship.
 


 




Promo

Kunjungan Tertinggi






http://www.ufukpress.com/themes/up/blog.gif

Terlaris







  Copyright © 2006 Ufuk Press Jakarta. Allrights reserved.



_______________________RESENSI__________________________

Teori Santos sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang luar ke Indonesia
(Mohamad Asrori Mulky, Indo Pos, 2010)

Cerita mengenai keberadaan Benua Atlantis hingga kini terus menjadi misteri sejak dideskripsikan filsuf Yunani, Plato, pada ribuan tahun lalu dalam du...

Inilah penemuan yang yang sungguh mencengangkan hasil penelitian Prof Arysio Santos. Penemuan itu
dihasilkan melalui penelitiannya selama 30 tahun lebih hingga menghasilkan kesimpulan bahwa wilayah indonesialah yang disebut sebagai Benua Atlantis yang hilang yang pernah ditulis oleh Plato itu. »
(H Kurniawan,...

Dalam banyak hal, buku ini berhasil mengkonfirmasi kebenaran kitab suci dan mitologi, mengawinkan sains dan agama
(Hendri F Isnaeni, Majalah Figur, Januari 2010)
 

Atlantis yang dalam bahasa Yunani adalah Pulau Atlas merupakan pulau legendaris yang pertama kali di...

Sejarah dalam bentuk filsafati adalah sebagai proses lahir ,tumbuh, dan matinya peradaban (Spangler danToynbee). Sebagai filsuf, Plato menulis Timaeusdan Critics untuk menggambarkan lahir, tumbuh, dan matinya peradaban Atlantis, sebuah kekaisaran dunia yang menjadi induk peradaban dunia.


Menurut Plato...

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar